Halaman

Sabtu, 12 Mei 2012



KISTA VAGINA


A.   Pendahuluan

Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.

Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.

Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.

Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.

Kista berupa penumpukan cairan menggelembung berisi udara. Ada macam-macam kista tapi yang paling sering ditemukan adalah kista gartner atau duktus muller. Bentuknya seperti gelembung air atau bisul. Kista di vagina bisa mempersempit lubang vagina yang akhirnya akan menghambat persalinan. Bahkan jika bentuknya besar, bisa menghalangi hubungan intim dan akibatnya malah tak bisa hamil.
Karenanya, jika ibu menemukan kista di vaginanya, harus segera dioperasi agar bisa hamil. Bila setelah hamil dijumpai ada kista, harus dilakukan operasi ketika usia kehamilan masih muda, sekitar 3-4 bulan. Jika sudah telanjur, harus dilakukan operasi sesar.

B.   Hubungannya Dengan Janin

Kista yang besar bisa menimbulkan kelainan letak janin dalam kandungan, atau menghalangi turunnya kepala di jalan lahir pada waktu persalinan. Oleh karena itu bila ditemukan kista permanen yang besar, maka perlu tindakan pembedahan pada kehamilan sekitar 18 minggu. Bila kista yang besar tersebut tidak menghalangi jalan lahir atau tidak menimbulkan gejala sakit, operasi dapat dilakukan 3 bulan setelah ibu melahirkan. Jadi, tindakan yang diambil dokter sangat ditentukan oleh jenis kista, ukuran dan letaknya di jalan lahir serta keluhan dari ibu hamil itu sendiri.

C.   Patofisiologi

Tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium invaginasi yang sederhana dari epitel germinal sampai ke invaginasi disertai permukaan ruangan kista yang luas terjadi pembentukan papil-papil kearah dalam tumor kistik.

D.   Etiologi

Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1.  Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya;
  • Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
  • Zat tambahan pada makanan
  • Kurang olah raga
  • Merokok dan konsumsi alcohol
  • Terpapar denga polusi dan agen infeksius
  • Sering stress
2.       Faktor genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

Sampai sekarang penyebab dari kistik ovarium belum ditemukan secara pasti, tetapi beberapa pendapat para ahli menyebutkan bahwa individu yang mempunyai riwayat heriditor menghidap tumor prosentasenya lebih tinggi dari pada yang tidak mempunyai riwayat tumor.

Mengenai terjadinya Kista ada dua teori. Disebabkan oleh karena perkembangan yang tidak sempurna pada akhir Stadium Glastomer. Tumor ini berasal dari perkembangan sel telur yang tidak dibuahi dalam ovarium.


E.   Tindakan

Cara yang paling efektif untuk mengatasi kista yaitu:

1.      Dengan mengangkat kista melalui operasi. Namun, tindakan pengobatan tersebut hingga kini belum memberikan hasil yang memuaskan. Tindakan operasi pengangkatan kista tidak menjamin kista tidak akan tumbuh kembali nantinya. Selama seorang wanita masih memproduksi sel telur, maka potensi untuk tumbuh kista akan tetap ada.

Namun, dengan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran kaum wanita saat ini untuk memeriksakan organ reproduksinya merupakan langkah awal yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya kista.

2.      Mengatasi Kista dengan Laparoskopi. Laparoskopi merupakan teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-10 milimeter) di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain.

Teknik ini disebut juga teknik operasi minimal invansif (Minimal Invansive Surgery). Namun, teknik ini tetap memiliki resiko bagi pasien, terutama karena saat melakukan operasi tersebut, dokter yang menangani memerlukan ruang dalam rongga perut sehingga memerlukan gas karbondioksida (CO2) untuk mengembangkan rongga perut, antara lain risiko yang dapat terjadi jika gas bertekanan tinggi tersebut masuk ke dalam pem- buluh darah.


F.   Tanda dan Gejala

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :
  • Gangguan haid
  • Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
  • Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
  • Nyeri saat bersenggama.



Pada stadium lanjut :
  • Arites
  • Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
  • Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
  • Gangguan buang air besar dan kecil.
  • Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.


G.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Deteksi dini

Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak ovarium berada didalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya kanker ovarium ini di deteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya sudah membesar maka akan terabab ada benjolan. Jika dokter menemukan kista, maka selanjutanya akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda tanda kanker atau tidak.

Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil jaringan (biopsy) untuk memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa dilakukan dengan laparskopi, melalui lubang kecil di perut. Pemeriksaan lainnya dengan CT Scan dan tumor marker dengan pemeriksaan darah.


H.      PENATALAKSANAAN

Penderita kanker ovarium stadium dini dapat ditangani dengan operasi yang kemudian dilanjutkan dengan terapi. Bila kanker ovarium telah memasuki stadium lanjut baru di lakukan kemoterapi atau radiasi.

1.      Pengkajian.

Pengkajian umum kista:
·         Ada tidaknya keluhan nyeri diperut bagian bawah?
·         Ada tidaknya gangguan BAB dan BA?
·         Ada tidaknya asites?
·         Ada tidaknya perut membuncit?
·         Ada tidaknya gangguan nafsu makan?
·         Ada tidaknya kembung?
·         Ada tidaknya sesak nafas?

Pengkajian diagnostic kista:
·         USG : Ada tidaknya benjolan berdiameter > 5 cm
·         CT Scan: Ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan.

2.      Nursing Care Plan

Diagnosa yang muncul
·         Gangguan harga diri berhubungan dengan masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai anak, perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual.
·         Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap kemungkinan pola respon seksual, contoh ketidaknyamanan / nyeri vagina.
·         Eliminasi urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan adanya edema pada jaringan local.
·         Nyeri berhubungan dengan prases penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen

Jika diagnosa yang diambil adalah nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen maka :

Tujuan :
Klien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan/nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil :
·         Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang .
·         Ekspresi wajah rileks
·         Klien dapat menggambarkan keadaan nyeri minimal atau tidak ada.
·         Klien mampu melakukan teknik relaksasi dan distraksi saat nyeri timbul.
·         Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :
1.      Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang nyeri
R : informasi memberikan data dasar untuk evaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi.
2.      Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung), hiburan dan lingkungan.
R : meningkatkan relaksasi dan membantu pasien fokus kembali ke perhatian
3.      Ajarkan teknik relaksasi
R : partisipasi pasien secara aktifdan meningkatkan rasa kontrol
4.      Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien dan dokter
R : mengembangkan kesempatan kontrol nyeri
5.      Berikan analgesic sesuai resep.
R : mengurangi nyeri


DAFTAR PUSTAKA



http://id.wikipedia.org/wiki/Kista

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080215212636AAxrdgB

http://jovandc.multiply.com/journal/item/21

http://kandunganbedah.blogspot.com/2008/08/askep-kista-ovarii.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar