Pendidikan, Pengetahuan, dan Pekerjaan ibu hamil trimester I tentang emesis gravidarum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Maternal dan Neonatal dinegara merupakan masalah yang
komplek dan berkepanjangan. Bahkan sampai
saat ini masalah tersebut belum teratasi. (Saefudin, 2006)
Angka kematian neonatal di dunia adalah
54/1.000 kelahiran hidup dan tahun 2006 menjadi 49/1.000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2006 AKB di Afrika sebesar 94/1.000, Mediterania Timur 62/1.000, Asia
Tenggara 52/1.000, Pasifik Barat 20/1.000, Amerika 18/1.000 dan Eropa 14/1.000
kelahiran hidup. (World Health Organization, 2009)
Angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih cukup tinggi, pada
tahun 2010 AKI di
indonesia adalah 226/100.000 kelahiran hidup dan AKB 34/1.000 kelahiran hidup.
Untuk menurunkan AKI dan AKB tersebut memerlukan waktu dan upaya. Suatu upaya
yang dianggap efektif oleh para pakar adalah menyediakan pelayanan obstetri
mungkin kepada ibu hamil dan memastikan bahwa pelayanan tersebut dimanfaatkan
oleh masyarakat dan dengan melakukan dan pelayanan kehamilan yang baik atau
sering disebut pelayanan antenatal bermutu (Survei Demografi dan kesehatan
Indonesia, 2010).
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan antenatal care terhadap ibu
hamil dengan memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala dengan tujuan agar
ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan
selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dengan cara ini AKI dan AKB akan
mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh
derajat kesehatan ibu dan anak. (Denise
Tiran, 2006 )
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus
agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan
melahirkan bayi yang sehat dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB. Kehamilan
dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu triwulan I (0-12 mg), triwulan II (12-28mg)
dan triwulan III (28-40 mg). Dalam 3 triwulan tersebut terjadi
perubahan-perubahan dalam tubuh ibu (Sarwono, 2002).
Wanita telah menekankan bahwa bagian dari kepuasan mereka pada asuhan di
awal kehamilan adalah berkaitan dengan persepsi mereka bahwa professional
tenaga kesehatan memepercayai rasa sakit yang mereka derita, bukan mengabaikan
ataupun menganggap mereka bertingkah berlebihan. Seperti halnya nyeri mual
merupakan gejala yang dikatakan oleh pasien dan jika gejala tersebut
menyebabkan stress pada wanita, ia berhak diberi cara yang paling memungkinkan
untuk mengatasi gejala tersebut. Akibat meremehkan rasa mual dan muntah yang
dirasakan wanita pada saat kehamilan terbukti berkontribusi dalam meningkatkan
ketegangan emosional, stress psikologis dan keterlambatan yang tidak semestinya
dalam menemukan penanganan yang tepat, terutama jika kondisi menjadi patologis
(Munch, 2000).
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam Emesis Gravidarum dapat diatasi dengan
bangun pagi secara bertahap mulai dari duduk ditempa tidur, jalan sebentar
kemudian minum teh hangat. Bila tidak tahan boleh diberikan obat anti muntah
yang berjumlah banyak. Hati – hati dalam memilih obat penenang yang seharusnya
tidak mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam uterus melalui KIE dan
penyuluhan. (UNFPA, 2006)
Berdasarkan data Dinkes Prov. Sumsel cakupan ibu hamil yang mengalami
emesis gravidarum pada trimester I naik dari tahun ke tahun, pada tahun 2008 sebesar
49,7 % dari jumlah ibu hamil yang berjumlah 139.230 ibu hamil,2009 naik
menjadi 52,4 % dari jumlah 141.395 ibu hamil dan tahun 2010 naik
menjadi 53,24 % dari 142.240 ibu hamil.
Berdasarkan data Dinkes cakupan ibu hamil yang
mengalami emesis gravidarum pada trimester I juga naik dari tahun ke tahun,
pada tahun 2008 sebesar 51,3 % dari jumlah 13.475 ibu hamil tahun,
2009 naik menjadi 53,2 % dari jumlah 13.490 ibu hamil dan tahun 2010 naik
menjadi 56,4 % dari jumlah 13.538 ibu hamil.
Berdasarkan data Puskesmas cakupan ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum pada trimester I juga naik
dari tahun ke tahun, pada tahun 2006 sebesar 50,6 % dari jumlah 256 ibu
hamil tahun 2008 naik
menjadi 52,2 % dari jumlah 258 ibu hamil dan tahun 2009 naik menjadi
55,8 % dari ibu jumlah 264 ibu hamil.
Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di klinik kebidanan Muara Enim, didapatkan
data ibu hamil tanpa memandang usia kehamilan tiap bulan nya mencapai 45 ibu
hamil, Dari 45 ibu hamil tiap bulan diantaranya mengalami emesis
gravidarum. Berdasarkan data yang didapat banyak nya ibu hamil yang mengalami
emesis gravidarum rata – rata berpendidikan rendah dan banyak dari mereka tidak
mengetahui tentang emesis gravidarum, serta pekerjaan ibu yang terlalu sibuk
menyebabkan kurang informasi mengenai cara penatalaksanaan emesis gravidarum,
maupun hal-hal yang harus dihindari saat emesis gravidarum, masih banyak ibu
hamil menganggap emesis gravidarum hal yang biasa.
Adapun faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum pada ibu hamil antara
lain : pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Lingkungan, Pekerjaan, (Notoadmodjo,2005).
Oleh karena itu
penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian mengenai "Gambaran pendidikan,
pengetahuan dan pekerjaan ibu hamil Trimester I tentang emesis gravidarum di klinik kebidanan Kabupaten Muara Enim Tahun 2012.
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimanakah pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu
hamil trimester I tentang emesis gravidarum di klinikkebidanan Muara Enim tahun 2012.
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk
mengetahui gambaran pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan
ibu hamil tentang emesis gravidarum
di klinik kebidanan Kabupaten Muara Enim tahun 2012.
1.3.2
Tujuan
Khusus
a.
Diketahuinya gambaran pendidikan ibu
hamil Trimester I tentang emesis gravidarum di klinik kebidanan Kabupaten Muara Enim tahun
2012
b.
Diketahuinya gambaran
pengetahuan ibu hamil trimester I tentang emesis gravidarum di klinik kebidanan Kabupaten Muara Enim tahun 2012.
c.
Diketahuinya gambaran pekerjaan ibu
hamil trimester 1 tentang emesis gravidarum di klinik kebidanan Kabupaten Muara Enim Tahun 2012.
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1 Bagi Ibu Hamil
Hasil penelitian Dapat menambah pengetahuan pada ibu hamil tentang tanda tanda,
gejala dan penatalaksanan emesis gravidarum serta bisa langsung mengatasi
emisis gravidarum
1.4.2 Bagi klinik kebidanan
Hasil penelitian dapat digunakan
sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran
di kebidanan muara enim
1.4.3 Bagi Insitusi Pendidikan Akademi kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan perpustakaan khususnya mengenai tanda-tanda.,gejala dan
penatalaksanan emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di kebidanan Kabupaten Muara Enim.
1.4.4 Bagi Peneliti
Hasil Penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang tanda-tanda.,gejala dan
penatalaksanan Emesis Gravidarum pada ibu hamil pada trimester I yang merupakan penerapan dari ilmu yang
diperoleh selama proses pembelajaran sehingga menanamkan pengetahuan peneliti
dalam melakukan penelitian.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi emesis
gravidarum pada ibu hamil antara lain : pendidikan, pengetahuan, sikap,
lingkungan, pekerjaan. (Notoadmodjo,2005). Karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga sehingga penelitian ini hanya
meneliti 3 variabel
pendidikan, pengetahuan, dan pekerjaan ibu hamil trimester I tentang emesis gravidarum di klinik
kebidanan Kabupaten.Muara.Enim.Tahun.2012
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.1
Pengertian Kehamilan
Kehamilan terjadi
jika sel telur wanita dibuahi oleh sel telur pria. Peristiwa ini disebut
pembuahan. Hasil pembuahan ini juga berkembang menjadi kehamilan, lamanya
kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu dibagi ke dalam 3 triwulan. (Sarwono, 2006).
Kehamilan
adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma
(Kushartanti, 2004).
Masa
kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terahir (Hanifa, 2000).
2.1.2 Etiologi Kehamilan
Suatu Kehamilan
akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a. Ovum
Ovum
adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu
nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh
kromosom radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk
seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi
inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat
bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi
adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopii.
d. Nidasi
Nidasi
adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi
adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk pertukarann zat
antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
Kehamilan dibagi
menjadi 3 triwulan :
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu.
c. Triwulan III antara 28-40 minggu.
(Mochtar, 2001)
2.1.3
Tanda-tanda kehamilan
a.
Amenorrhoea
b.
Perubahan pada
payudara
c.
Mual dan
muntah-muntah
d.
Sering kencing
e.
Perubahan Fisik Dan Psikologis Yang Terjadi Pada
Wanita Hamil
f.
Perubahan fisik
g.
Perubahan psikologis
(Sarwono, 2006).
a. Tanda-tanda mungkin
1. Tanda hegar
2. Tanda piskasek
3. Tanda chadwick
4. Tanda braxton-hicks
5. Suhu basal
(Mochtar, 2001)
b.Tanda-tanda Pasti
1. Terdengar DJJ (Mulai Uk 18-20
minggu).
2. Teraba bagian-bagian anak saat dipalpasi.
3. Terasa pergerakan anak (mulai
terasa pada Uk 18-20 minggu).
4. Pemeriksaan USG.
(Mochtar, 2001)
2.1.4 Perubahan Yang Terjadi Saat Kehamilan
Pada
masa kehamilan, banyak perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh ibu hamil.
Perubahan-perubahan ini antara lain:
1.
Perubahan kulit
Pada kulit terlihat adanya hyperpigmentatie,
ialah athnya kelebihan pigmen pada tempat-tempat tertentu. Perubahan pada kulit
ini tidak selalu sama pada setiap wanita hamil, ada yang sebagian saja dan ada
pub yang semua pada tempat tersebut.
2.
Perubahan pada kelenjar
Yang kelihatan ialah kelenjar tiroid yang menjadi
besar, jadi leher wanita itu bentuknya seperti leher pria. Perubahan ini tidak
terdapat path setiap wanita hamil.
3.
Perubà han pada mammae (buah dada)
Perubahan ini pasti terdapat pada sermua wanita
hamil karena bersama-sama dengan kehamilan mammae menyiapkan diri untuk
memproduksi makanan pokok yang nantinya akan diberikan kepada bayi setelah
lahir. Perubahan ini meliputi sebagai berikut:
a. Mammae membesar,
tegang dan sakit.
b. Vena dibawah
kulit mammae membesar dan kelihatan jelas.
c. Hiperpigmentasi
pada areola mammae.
d. Kelenjar
Montgomerry yang tenletak dalam areola mammae membesar dan terlihat dari luar.
4.
Perubahan perut
Perut akan kelihatan makin lama makin besar. Biasanya dari
umur kehamilan 4 bulan membesarnya perut belum kelihatan. Setelah itu mulai
kelihatan membesar, lebih-lebih setelah kehainilan umur 5 bülan kelihatan cepat
sekali menjadi besar.
5.
Perubahan alat kelamin luar
Pada alat kelamin luar ini terlihat kebiruan
disebabkan adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti disebabkan karena
pembuluh darah membesar, darah yang menuju ke uterus banyak sekali, sesuai
dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan
memberi makan janin. Pembuluh darah dan alat kelamin luar adalah cabang dari
uterus, jadi jika pembuluh darah uterus mengalami kongesti maka pembuluh darah
alat kelamin luar pun mengalami kongesti pula. Tanda ini disebut tanda Chadwick.
6.
Perubahan pada tungkai
Perubahan pada tungkai ini adalah timbulnya varices
pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua sering oedema pada salah
satu tungkai. Oedema ini disebabkan karena tekanan uterus yang
membesar pada vena femoralis, sebelah kanan atau sebelah kiri.
7.
Sikap ibu path waktu kehamilan agak tua.
Sikapnya menjadi lordose yang disebabkan oleh
adanya perubahan bentuk pada tulang belakang (vertebrae) dimana tulang belakang
tersebut menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan yang berhubungan dengan
keadaan uterus yang membesar (Kristanti, 2001).
2.1.5 Keluhan Yang Sering Dirasakan Oleh Ibu Hamil
Mengingat adanya perubahan secara fisiologis, ibu
hamil akan merasakan ketidak nyamanan baik fisik maupun psikis. Menurut
Kushartanti (2004), ketidak nyamanan fisik tersebut berupa keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh ibu hamil antara lain:
a. Mudah
terengah-engah
Keluhan ini terutama dirasakan apabila uterus telah
membesar sehingga mendesak sekat rongga dada (diafragma) dan mengganggu
ekspansi paru. Keadaan ini diperberat oleh meningkatnya kebutuhan oksigen pada
ibu hamil.
b. Mudah
lelah
Keluhan ini dipicu oleh. meningkatnya kebutuhan
aliran darah yang kurang dibanding dengan ketersediaan darah. Volume darah ibu
hamil meningkat sampai 30-50%, dan frekuensi denyut jantung meningkat hingga
20%.
c.
Mual dan muntah
Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan
aktivitas hormon yang menurunkan peristaltik usus dan tertumpahnya asam lambung
keujung atas lambung. Penurunan peristaltik usus ini juga akan
memperlambat proses pencernaan dan mengakibatkan sembelit.
d.
Nyeri punggung dan pinggang
Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan postur
tubuh dimana bentuk tulang belakang cenderung melengkung kedepan (lordose).
lengkungan ini disebabkan oleh membesarnya perut. Disamping itu, keluhan ini
juga dipicu oleh adanya hormon relaksin yang mengendurkan persendian dipunggung
bagian bawah dan panggul.
f.
Nyeri panggul
Keluhan ini disebabkan oleh semakin membesarnya uterus
sehingga menekan panggul. Keadaan ini semakin diperberat dengan mengendurnya
persendian dipanggul dan meregangnya otot-otot panggul.
g.
Tidak bisa tidur
Keluhan
ini biasanya terjadi pada akhir kehamilan, karena pada saat itu terjadi
penumpukan berbagai keluhan. Keluhan tersebut misalnya, susah
bernafas dan nyeri punggung. (Sarwono,
2006)
2.1.6
Emesis Gravidarum
Emesis gravidarum adalah
muntah-muntah pada wanita hamil (Kamus
Kedokteran). Keadaan ini biasanya
didahului rasa mual (Nausea).
Kebanyakan
mual dan muntah ini terjadi di pagi hari atau biasa disebut morning sickness,
tetapi dapat juga terjadi pada siang hari atau bahkan pada malam hari Jones, 2002).
Universitas Liverpool menganalisis 56
kasus yang sudah diteliti sebelumnya di 21 negara, dan hasil ini dimuat oleh
Jurnal Biologi Royal Society di
Inggris. Rasa mual biasanya dialami wanita hamil di pagi hari selama tiga bula
pertama dan terjadi pada sekitar 80% kehamilan. Selama ini, kondisi mual dan
muntah ini diduga sebagai akibat dari perubahan hormon pada saat kandungan
berusia mudah. Namun, penelitian terbaru ini mengatakan rasa mual mungkin
memiliki dampak yang positif seperti mengurangi risiko keguguran kandungan.
(Maulana, 2008 )
Pola mual dan muntah di antara
260 wanita hamil dijelaskan dalam sebuah studi yang dilakukan pada 2000 wanita
hamil. Kendati gejala mual dan muntah mulai muncul rata-rata pada minggu ke 8,2
kehamilan, 75 % wanita melaporkan mual sejak minggu konsepsi yang rata-rata
berlangsung 34 hari (rentangnya, 1-114 hari), Tingkat keparahan mencapai puncak
pada minggu ke-11. (Sinclair, 2009 )
Gejala
yang mengganggu ini biasanya muncul sekitar 6 minggu setelah mulainya periode
menstruasi terakhir dan biasanya menghilang sepontan 6 hingga 12 minggu
kemudian (Cunningham & Gant, 2001).
Dalam survey yang dilakukan oleh Denise
Tiran (2006), walaupun praktik tradisional berupa menyampaikan informasi kepada
wanita bahwa mual atau muntah saat kehamilan biasanya mereda atau meningkat
pada akhir trimester pertama, hanya 27% yang melaporkan hilangnya gejala pada
minggu ke-12, meskipun sebagian besar mengalami lebih baik pad minggu ke-22
kehamilan.
William
Smellie (2003) mengatakan bahwa keluhan pertama saat kehamilan adalah rasa mual
dan muntah-muntah yang pada beberapa wanita berawal tidak lama setelah
pembuahan dan seringkali berlanjut sampai akhir bulan keempat. Sebagian
besar wanita sering mengalami masalah karena mual dan muntah ini, khususnya
muntah di pagi hari. Beberapa wanita yang tidak mengalami keluhan-keluhan
semacam ini dalam satu kehamilan mungkin akan mengalaminya dengan hebat dalam
kehamilan-kehamilan berikutnya.
2.1.7 Penyebab
Emesis Gravidarum
Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai
saat ini tidak dapat diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual
disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human
Chorionic Gonadotrophin) dalam serum (Wiknjosastro, 2004).
Penyebab mual dan muntah ini bermacam-macam
antara lain karena adanya perubahan hormon dalam tubuh, psikologis, sampai gaya hidup. Pola makan
yang buruk sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, kurang tidur atau
kurang istirahat dan stres dapat memperberat rasa mual dan muntah. Beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual meskipun tidak dapat dihilangkan
sama sekali, misalnya dengan mengkonsumsi makanan seimbang, cukup bergerak dan
cukup istirahat. Oleh karena itu calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya
pada awal kehamilan sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan yang dapat
mengganggu kehamilan selanjutnya (Nail, 2006)
Rasa mual dan muntah saat kehamilan diduga berkembang untuk memastikan
wanita hamil tidak memakan terlalu
banyak makanan tidak sehat, begitulah menurut sebuah penelitian. Para ilmuwan menemukan sejumlah bukti yang mendukung rasa
mual dan muntah dalam kehamilan terkait dengan tingkat gula, alkohol, lemak dan
daging yang dimakan si ibu. Sebaiknya, makanan berserat seperti sereal tidak
memicu rasa mual.
Denise Tiran ( 2006 ), menyatakan bahwa
mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam
sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
tingginya fluktuasi kadar HCG.
Dapue, (2000) menganggap bahwa kadar hormon
estrogen yang tinggi saat hamil muda, mungkin merupakan penyebabnya, wanita
yang hamil untuk pertama kalinya dan wanita yang bertubuh besar, memiliki
hormon estrogen yang bersirkulasi lebih tinggi dan lebih cenderung mengalami
gangguan kehamilan.
2.1.8 Tanda Dan
Gejala Emesis Gravidarum
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa :
a.
Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali
sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi setiap saat.
a.
Nafsu makan berkurang
b.
Mudah lelah
c.
Emosi yang
cenderung tidak stabil
Keadaan ini merupakan suatu yang
normal, tetapi dapat berubah menjadi tidak normal apabila mual dan muntah ini
terjadi terus-menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit
tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berkelanjutan
dapat terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya. (Nail, 2006).
2.1.9 Pengaruh Emesis Gravidarum Pada Ibu dan
Janin
Emesis merupakan dalam keadaan normal tidak banyak
menimbulkan efek negatif terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan berubah
menjadi hipermesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko terajadinya
gangguan pada kehamilan.
Wanita-wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum yang berlebih
berpotensi besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak
dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan
lambung atau sindroma Mallary Weiss akibat perdarahan gastrointestinal
(Wiknjosastro, 2004).
Mual dan
muntah yang berlebihan mengakibatkan
terjadinya kekurangan zat gizi. Wanita hamil tersebut harus dirawat inap
di rumah sakit dan diberikan cairan infuse serta obat-obatan untuk mengobati mual
(Glade. B. Curtis, 2003)
2.1.10 Tanda-tanda dehidrasi :
a.
Berat badan menurun
b Denyut nadi meningkat (120
x / menit dan terus naik)
c. Tekanan darah menurun (diastolik 50
mmHg dan terus turun)
d. Mata cekung
f. Elastisitas kulit menghilang
Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi
pada ibu hamil maka, ia harus segera mendapat pertolongan dari bidan atau
tenaga kesehatan lainnya.
Ada mitos yang mengatakan bila rasa mual anda hebat, maka anda mengandung
anak perempuan. Dan ternyata menurut penelitian, wanita hamil yang mengalami
mual hebat dan terpaksa dibawa ke rumah sakit, kemungkinan besar melahirkan
bayi perempuan. Sebagai contoh dari 69 wanita hamil penderita mual yang hebat,
307 orang melahirkan bayi laki-laki dan 352 sisanya melahirkan perempuan (Nail,
2006).
Pencegahan
terhadap emesis gravidarum yang berlebihan perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi lebih sering. (Maulana,
2008 )
2.1.11 Penatalaksaan Emesis Gravidarum
a.
Makanlah
sesering mungkin, dalam porsi kecil. Siang hari untuk porsi besar, malam hari
cukup porsi kecil.
b.
Lebih banyak
istirahat, hal ini akan membantu mengurangi keletihan yang dapat menimbulkan
rasa mual.
c.
Simpanlah
beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker untuk dimakan sebelum turun
dari tempat tidur di pagi hari.
d.
Bangun tidur
perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari tempat tidur secara
perlahan-lahan.
e.
Berolahraga
dan hiruplah udara segar, dengan melakukan oleh raga ringan, berjalan kaki atau
berlari-lari kecil akan membantu mengurangi rasa mual dan muntah di pagi hari.
f.
Beberapa ahli
nutrisi juga menyarankan suplemen vitamin B6 mencegah dan mengurangi rasa mual,
tetapi tidak diminum dalam dosis tinggi atau menurut aturan dokter.
( Maulana, 2008 )
2.1.12 Hal-hal Yang
Harus Dihindari
a)
Hindari
mengkonsumsi makanan yang berminyak atau digoreng karena akan lebih sulit untuk
dicerna.
b)
Hindarilah
minuman yang mengandung kafein seperti kopi, cola.
c)
Hindarkan
gerakan tiba-tiba diwaktu mual-mual
d)
Hindari
menyikat gigi begitu selesai makan
Bagi beberapa ibu hamil menyikat gigi
menjadi hal yang problematik karena hanya dengan memasukkan sikat gigi dalam
mulut membuat mereka muntah, sehingga pilihlah waktu yang tepat untuk menggosok
gigi.
e)
Hindari
bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat.
Bau menyengat seperti dari tempat
sampah, asap rokok biasanya dapat menimbulkan rasa mual dan muntah.
f)
Hindari
mengenakan pakaian yang ketat.
Pakaian yang terlalu ketat dapat
memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat memperburuk rasa
mual.
(Nail,
2006)
2.2
Fakor – faktor yang Mempengaruhi Emesis Gravidarum yang
diteliti
2.2.1 Pendidikan
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri nya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. ( wikipedia, 2009 )
Tingkat
pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang dapat mempengaruhi seseorang
dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar ( Notoatmodjo,
2008 ).
Pendidikan
kesehatan adalah proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi
kesehatan dan praktik kesehatan yang memotivasi seseorang untuk berbuat sesuatu
sehingga menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan yang
merugikan kesehatan ( Notoatmodjo, 2008 ).
Menurut
notoadmodjo 2008, kategori pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Tinggi, jika
berpendidikan ≥ SMA
2.
Rendah, jika
berpendidikn ≤ SMP
Tujuan
pendidikan kesehatan kesehatan haruslah ditunjukan pada upaya merubah dan
melatih kebiasaan untuk menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggal ( WHO,2004)
Berdasarkan penelitian ajeng rahayu
(2008) tentang emesis gravidarun di desa karang raja OKI, dari 65 responden
didapatkan bahwa 39 responden berpendidikan tinggi (60%) serta reponden yang
berpendidikan rendah sebanyak 26 orang (35,4%)
2.2.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu (Notoatmodjo, 2003). (Menurut
Notoatmodjo, 2003) pengetahuan pada dasarnya terjadi dari sejumlah fakta dan
teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang
lain. Seperti dikutip oleh Notoatmodjo, 2003), bila seseorang dapat menjawab
pertanyaan mengenai bidang tertentu dengan cara lisan atau tulisan, maka
dikatakan mengetahui bidang tertentu pengetahuan atau kognitif merupakan
dominan yang sangat penting untuk tertibnya tindakan seseorang (Guest Behavior) dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa yang didasari oleh pengetahuan akan lebih sering
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Menurut
Notoatmodjo, 2003. Mengemukakan 6 tingkatan pengetahuan sebagai berikut:
a. Tahu (Know)
Tahu
artinya sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk diantaranya adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu apa yang telah dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami
diartikan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterprestasikan mated tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai penggunaan atau
aplikasi hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dalam
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan
kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari
formula-formula yang ada.
d. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
Hasil Ukur kategori
pengetahuan menurut Triyosi (2009) yaitu :
1. Baik : Berjumlah 24 orang (44,4 %)
.2. Buruk : Berjumlah 30 orang (55,6%)
Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Triyosi ( 2009 ) di Poskesdes ujanmas lama Kecamatan
ujanmas Kabupaten Muara Enim, dari 54 responden didapatkan yang mempunyai
pengetahuan baik tentang emesis gravidarum sebanyak 24 orang (44,4 %) lebih
sedikit jumlah dari pada yang memilii pengetahuan kurang tentang emesis
gravidarum yaitu 30 orang (55,6 %).
2.2.3 Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
dijadikan pokok penghidupan, pekerjaan akan memberikan pengetahuan tersendiri
kedalam kehidupan masyarakat dan dapat dikategorikan atas bekerja atau tidak
bekerja.( Departemen kesehatan dan kebudayaan, 2000 )
Apabila ibu bekerja akan menyita banyak waktu dalam
pekerjaan sehingga menjadi lalai, hal tersebut akan berpengaruh pada kehamilan,
seperti kurangnya perhatian terhadap kehamilan dan dapat berdampak pada
kehamilannya seperti emesis gravidarum hal yang dianggap biasa – biasa saja.
Dan sebaliknya dengan waktu yang tersedia maka ibu akan mempunyai banyak waktu
untuk memeriksakan kehamilannya serta dapat mengetahui informasi tentang emesis
gravidarum.
Hasil penelitian irna (2008) tentang emesis gravidarum di
seberang ulu Palembang dari 65 responden didapatkan hasil ibu yang bekerja
sebanyak 36 orang (55,4%), sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 29 orang
(44,6%).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar