Halaman

Sabtu, 08 Desember 2012

MAKALAH BBLR




BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

    Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram . BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.

B.TUJUAN PENULISAN
1.Tujuan Umum
• Untuk memenuhi tugas dari dosen yang bersangkutan
• Supaya mahasiswa lebih memahami tentang Bayi berat lahir rendah (BBLR).
• Meningkatkan minat pembaca untuk tahu tentang Bayi berat lahir rendah (BBLR)

2.Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian BBLR
b. Mengetahui etiologi/penyebab bayi BBLR
c. Mengetahui patofisiologi bayi BBLR
d. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada bayi BBLR
e. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan bayi dengan BBLR berdasarkan prioritas masalah
f. Dapat mengetahui kesimpulan dari BBLR

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat badan pada kehamilan khusus apapun sangat berfariasi dan harus digambarkan pada grafik presentil. Bayi yang berat badannya diatas presentil 90 dinamakan besar untuk umur kehamilan dan yang di bawa presentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Berdasarkan itu bahwa 10 % semua bayi ringan untuk umur kehamilan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gr pada saat lahir dinamakan berat badan lahir rendah
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir rendah dibedakan:

1.Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1500 – 2500 gram
2.Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
3.Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram

B.Karakteristik BBLR

Menurut Manuaba (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai berikut:
a. Berat kurang dari 2.500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
h. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit.
i. Kepala tidak mampu tegak
j. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.

C. ETIOLOGI
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga cukup bulan (dismatur).
1. PREMATUR MURNI
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persalinan Prematur atau BBLR adalah

a. Faktor Ibu
1) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
2) Gizi saat hamil kurang
3) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
4) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
5) Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
6) Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion
7) Faktor pekerja terlalu berat
8) Primigravida
9) Ibu terlalu muda

b. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hatnil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini

c. Faktor Janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali kongenital

d. Faktor Kebiasaan
 Pekerjaan yang melelahkan, merokok


e. Faktor yang masih belum diketahui.
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah

1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
2) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
9) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan
10) Lemak subkutan kurang
11) Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora
12) Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah.

Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR).

2.DISMATUR
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua, yaitu :


a.Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada, lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.

b. Disporpotionate IUGR
Tejadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur
 Faktor ibu
  Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alcohol

 Faktor uteri dan plasenta
 Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas

 Faktor janin :
Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis)

 Penyebab lain Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui

C.    Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting.
Hal-hal yang dapat dilakukan:
•  Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
•  Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
•  Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
•  Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

D.PENATALAKSANAN
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.


2. Makanan bayi prematur.
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.

4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usalia pernapasan.

5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.


6. Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

E.    PROGNOSA
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal misalnya masa gestasi ( makin muda masa gestasi / makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan pernapasan , perdarahan intrafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan persalinan dan post natal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain – lain).
Pengamatan Lebih Lanjut
Bila bayi berat lahir rendah dapat mengatasi problematik yang dideritanya perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat dan penyakit penyakit seperti Hidrosefalus, Cerebral palsy dan sebagainya



E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN BBLR
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan (Alien Carol V. 1993:28).
Data subyektif terdiri dari

1) Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat). (Talbott Laura A, 1997: 6).

2) Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
• Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardioyaskuler dan paru.
• Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
• Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
• Hari pertama haid terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).

Riwayat Natal
komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji:
Kala I : Perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

Riwayat Post Natal
Yang perlu dikaji antara lain:
• Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua A.S (0-3) asfiksia berat, A.S (4-6) asfiksia sedang, A.S (7-10) asfiksia ringan.
• Berat badan lahir : Preterm/BBLR 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
• Adanya kelainan kongenital: Anencephal, hidrocephalus, anetrecial aesofagal.

Pola Nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.

•  Kebutuhan parenteral
 Bayi BBLR D5 %
 Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10 %
• Kebutuhan nutrisi enteral
 BB = 24 kali per 24 jam
 BB 1250- = 12 kali per 24 jam
 BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

• Kebutuhan minum pada neonatus :
 Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
 Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
 Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
 Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991:l)

Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
• BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
• BAK : frekwensi, jumlah




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR

B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun dari isi makalah, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya kami berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA
    Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from : http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
    Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from http://www.eMedicine.com.
    www.google.com
    http://www.eMedicine.com
    United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update : Nov 2007 [diakses tanggal 2 Desember 2007].

BIDAN KOMUNITAS ( PKL )



BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Praktik kerja lapangan Mahasiswa AKBID PEMKAB M. ENIM Desa ................. kabupaten muara enim merupakan praktik kebidanan komunitas.

Salah satu aplikasi dan praktik kebidanan keluarga yakni setiap mahasiswi AKBID Pemkab Muara Enim  di wajibkan mencari salah satu keluarga binaan tersebut, merupakan satu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak.

Dengan diadakannya program keluarga binaan diharapkan keluarga tersebut dapat memahami tentang pentingnya kesehatan dan jika di temui ada masalah kesehatan dapat segera di tanggulangi walaupun hanya di laksanakan dengan penyuluhan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan bangsa menuju Indonesia sehat.


B.Tujuan

a. Umum

         mahasiswi dapat melakukan asuhan kebidanan keluarga dapat mewujudkan pelayanan kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilatif dengan manaemen kesehatan yang ditemukan pada salah satu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

b.Khusus

    mahasiswi dapat melakukan pengkajian kebutuhan dan masalah kebidanan komunitas dari setiap anggota yang dipilih sebagai keluarga binaan.
    menentukan prioritas masalah kebidanan komunitas yang ditemukan pada keluarga binaan.
    menentukan rencana tindakan mengatasi masalah yang ditemukan pada keluarga binaan.
    melaksanakan rencana tindakan pada keluarga binaan.
    mengevaluasi tindakan yang sudah dilaksanakan pada keluarga binaan.

c. Manfaat

1. Keluarga

Dapat mengetahui masalah kesehatan yang ada di keluarganya dan berusaha mencari pemecahan  masalah tersebut.

2. Bagi Mahasiswa

Dapat mengaplikasikan praktik kebidanan komunitas secara langsung pada keluarga  binaan.

      3. Bagi Puskesmas

Dapat sebagai observasi data untuk mengetahui keluarga yang menderita penyakit asma


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.      Pengertian

Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas. Penyakit Asma paling banyak ditemukan di negara maju, terutama yang tingkat polusi udaranya tinggi baik dari asap kendaraan maupun debu padang pasir.



B.       Etiologi

1.    faktor keturunan

Biasanya pada asma, faktor keturunan merupakan salah satu penyebab penderita asma, biasanya seseorang ataupun kedua – duanya yaitu bapak atau ibunya mempunyai penyakit asma.

2.    bahan olahan

bahan – bahan olahan didalam rumah atau ditempat kerja adalah peranan utama dalam pencetus asma, sumber bahan olahan seperti : kain bulu, serat kapas, bahan yang mengandung debu,bulu hewan dll

3.    serangga rumah

serangga rumah yang sering dikaitkan dengan asma yaitu : lipas, lipas yang mati dan menjadi kering dan kemudian hancur menjadi serbuk yang sangat ringan untuk diterbangkan oleh udara dan dihirup manusia.

4.    pencemaran udara

pencemaran udara seperti : asap rokok, asap kendaraan dll juga menjadi faktor pennyebab asma.

5.    cuaca

udara sejuk dan dingin dari kawasan pergunungan merupakan perangsang asma.

6.    olaraga

olaraga yang bertenaga seperti lomba lari, sepak bola dll dapat juga\

menyebabkan asma.


C.      Patofisiologi

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas.

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.

Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.

Sel lainnya yakni eosinofil yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.

Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan


D.      Gejala Klinis

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.

Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.

Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna,

Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

E.       Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau pengobatan.

Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test.

F.       Pengobatan

Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan.

Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.

Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik.

Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan.

Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.

Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).

Jumlah theophylline menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Pada saat pertama kali mengonsumsi theophylline, penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang.

Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.

Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:

    gangguan proses penyembuhan luka
    terhambatnya pertumbuhan anak-anak
    hilangnya kalsium dari tulang
    perdarahan lambung
    katarak prematur
    peningkatan kadar gula darah
    penambahan berat badan
    kelaparan
    kelainan mental.

Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma.

Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.

Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.

Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa

      Pengobatan saat serangan asma

Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernapasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.

Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak napas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.

Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinephrine atau terbutaline di bawah kulit dan aminophyllins theophylline) melalui infus intravena.

Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan corticosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).

Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik.

Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan:

    pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
    pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)
    pemeriksaan rontgen dada.

G.      Pencegahan

Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olaraga bisa dihidari dengan cara meminum obat asma sebelum melakukan olaraga.


C.MANAJEMEN / ASKEB PADA KELUARGA

1. Langkah pertama pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data  yang  diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secar lengkap dapat diperoleh dengan cara  yaitu :

Ø  Riwayat kesehatan

Ø  Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

Ø  Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

Ø  Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi



     2.  Langkah kedua : Interpretasi Data Dasar

 Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan



     3. Langkah ketiga : Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain brdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi, langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan



4. Langkah keempat : Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien



     5.langkah kelima : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh.langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagmosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi



6.langkah keenam : Melaksanakan Perencanaan

pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah lima dilaksanakan secara efisien dan aman. Langkah ini mencakup sumber-sumber yang mempengaruhi keputusan bidan dalam mengambil tindakan :

§  Kemampuan fisik dan psikis dari tiap anggota keluarga

§  Kemampuan keuangan

§  Fasilitas kesehatan

§  Dukungan dari sanak keluarga



7.langkah ketujuh : Evaluasi

pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnosa.

Tolak ukur yang digunakan dalam evaluasi adalah :

§ Kriteria keberhasilan

§ Standar kebidanan

§ Perubahan perilaku


BAB III

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA



I. PENGKAJIAN



  A.      Biodata

            Nama kepala keluarga : Tn ”G”

            Umur                            : 50 tahun

            Agama                          : islam

            Pendidikan                   : SD

            Pekerjaan                      : Tani

            Penghasilan                  :rata-rata + rp.300.000/ bulan

            Suku/bangasa               :sumatera/indonesia

            Alamat                         :KP.II desa pagar dewa



B. Daftar anggota keluarga
 Giman

Sadi’ah

Juniah

yunisa

junata


Tipe keluarga ini adalah keluarga inti,yang paling dominan dalam pengambilan keputusan adalah ayah sebagai kepala keluarga,hubungan dengan keluarga cukup harmonis .



Genogram

  










Denah Rumah







C. Kebiasaan sehari-hari

1. kebiasaan tidur

    Kebiasaan tidur keluarga teratur tergantung kemauan anggota keluarga masing-masing

            

2. Kebiasaan makan

Makan 3x sehari porsi sedang dengan makanan pokok beras (nasi) Keadaan fisik anggota keluarga tidak ada yang terlalu gemuk da terlalu kurus dengan berat badan anggota keluarga umumnya sesuai dengan berat badan



3. penggunaan waktu senggang

   Waktu senggang digunakan ibu untuk mengatur kegiatan rumah tangga,ibu tidak begitu aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang ada didesannya, ayah sendiri sibuk dengan pekerjaannya sebagai petani pulang ke rumah sampai sore .



4. Situasi sosila dan ekonomi

         Penghasilan Tn ” G” mencukupi kebutuhan sehari-hari pengaturan keuangan sepenuhnya diserahkan pada istri



5. Situasi Lingkungan

  -  Perumahan

Luas tanah 6 x 6 m, rumah milik sendiri, luas rumah 5 x 5 m,terdiri dari 2  kamar tidur , ruang tamu merangkap ruang keluarga, ruang makan merangkap ruang dapur,kebersihan cukup,perkarangan tidak ada

  -  sumber air minum

       Menggunakan air PDAM

  - tempat mempunyai WC

 Keluarga tidak mempunyai WC

- Tempat pembuangan limbah

Pembuangan limba kedalam sungai atau selokan

  - Pembuangan sampah

Keluarga membuang smapah ke sungai bersama masyarakat sekitarnya


 6. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Keluarga yang sakit biasanya dibawah ke puskesmas

            
 7. Keadaan kesehatan keluarga

            Dalam keluarga tersebut terdapat anggota keluarga yang menderita asma


 8. Keluarga berencana

Ibu akseptor KB


    9. Riwayat persalinan

Persalinan ibu normal dan ditolong oleh bidan dan ibu tidak mengalami    kelainan dalam persalinan yang lalu


      10. Keadaan gizi keluarga

            Pertumbuhan fisik anak cukup,pertumbuhan berat badan umunya sesuai dengan usia anak,demikian pula ibu dan ayahnya


11. Penyakit yang diderita keluarga

Dalam anggota keluarga terdapat yang menderita asma



II. INTERPRESTASI DATA DAN PRIORITAS MASALAH

    Interprestasi data

Setelah mengadakan pengolahan data maka dapat diketahui masalah kesehatan yang dialami pada keluarga binaan Tn “ G “ yaitu : Asma



III.ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Antisipasi diagnosa            :  menjaga suhu tubuh dan pemberian obat

Masalah potensial              :  beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah

 Dasar                               :  asma pada bapak yang terjadi dan jarang diobati



IV.IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI

Tidak ada



V. PERENCANAAN

            Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan ditemukan satu masalah kesehatan komunitas di rumah Tn “ G” KP II desa pagar dewa.Permasalahan tersebut akan diadakannya rencana penyuluhan dirumah Tn ’ G ” pada :

   

            Hari/tanggal : Sabtu, 07 Januari 2012

            Tempat         : Rumah Tn.” G “

            Waktu                      : 16.00 wib - selesai



VI. PELAKSANAAN

Tanggal 07 januari pukul 16.00 wib s/d selesai wib Dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan asma dan hal-hal lain tentang asma pada keluarga tn. “G”



VII.EVALUASI

Evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan penyuluhan yang diberikan hanya dilakukan selama 2 hari dikarenakan waktu praktik mahasiswa AKBID  I bulan .

Evaluasi dengan melihat peran serta keluarga dalam mengikuti penyuluhan tentang asma  Pada hari minggu tanggal 08 januari 2012 pukul : 17.00 wib



CATATAN PERKEMBANGAN



          Januari 2012

S: Pasien mengatakan nafas sudah teratur .
O: RR : 24 x/mnt.
A: pernafasan sudah masuk rentan normal.

P: pemberian obat – obatan diteruskan.



Januari 2012
S: Pasien mengatakan lebih lega.
O: pekerjaan mulai dilakukan walaupun sebentar. Bengek tidak ada.
A: Masukan nutrisi terpenuhi.
P: Intervensi diteruskan selama proses penyembuhan.



Januari 2012

S: Pasien merasa lebih bertenaga dan lega.
O:bengek berkurang, bunyi pernafasan tidak terjadi lagi.
A: Potensial masalah tidak terjadi.
P: Tetap jalankan intervensi selama proses penyenbuhan



BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

   

      Dari hasil pendataan dan analisa masalah penulis mendapatkan masalah pada keluarga bianaan di desa pagar dewa yang membutuhkan penyuluhan dan penaganan  mengenai asma . Adapun hal ini di sebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu masih banyaknya masyarakat.

A.    Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya penanganan dan pengobatan pada keluarga yang menderita asma.

B.     Adanya anggapan keluarga bahwa asma pada keluarga dapat di sembuhkan dengan sendirinya dan tidak menimbulkan bahaya yang besar pada keluarganya.

      Untuk mengatasi hal tersebut masyarakat di harapkan dapat mengubah kebiasaan sehari-hari, maka penulis mengadakan penyuluhan tentang penyakit asma  di rumah keluarga bianaan Desa Pagar Dewa Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim serta mengajurkan seluruh keluarga mau mengikuti penyuluhan tersebut.



BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

    Penulis memanjatkan puji syukur kepad tuahn yang maha ESA atas berkat rahmat hidahnya juanyalah penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kebidanan di Desa Pagar Dewa :

1)      Kurangnya pengetahuan  masyarakat tentang penyakit asma

2)      Kurangnya pendekatan petugas kesehatn kepada masyarakat

3)      Pola kebiasaan masyarakat dapat di ubah apabila dari diri masyarakat tersebut tertanam keinginan untuk merubahnya.

4)      Masih rendahnya tingkat pengetahuan tentang penyakit asma.

2. Saran

Dari kegiatan praktik kerja lapangan yang di laksanakan penulis dari hasil observasi :

1)      Untuk instansi kesehatan dan puskesmas di harapkan lebih meningkatkan peran dan fungsinya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta menindak lanjuti masalah-masalah kesehatan.

2)      Untuk instansi pemerintah agar mendukung semua kegiatan yang dilakukan guna mencapai masyarakat yang sehat.

3)      Bagi KABID agar lebih meningkatkan kinerja sehingga menghasilakan tenaga medis ( bidan ) yang profesional dan siap terjun di masyarakat.

4)      Kepada masyarakat agar memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia sehingga bisa mendapatkan pengetahuan dalam mengatasi permasalahan di bidang tertentu.




DAFTAR PUSTAKA

1.      Staf pengajar ilmu kesehatan anak FAKULTAS 1985 . IKA jakarta informatika

2.      Evelyn, C pearce 200. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic .jakarta : PT Gramedia pustaka utama

3.      fakultas kedokteran VI 200 kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1 jakarta : media aeskupulasi.

4.      fakultas kedokteran UI.2000 kapasitas selekta kedokteran jilid  1 1 jakarta : Media aeskulapius

5.      www. Geogle.com



SATUAN CARA PENYULUHAN



Pokok bahasan            : Asma

Sasaran                        : keluarga

Hari/tanggal                : Sabtu / 07 januari 2012

Waktu                                     : 16.00 wib - selesai

Tempat                        : Rumah Tn ” G ”





I. Tujuan instruksional umum (TIU)

   Setelah diberikan penyuluhan tentang asma,keluarga Dapat memahami tentang asma



II. Tujuan instruksional khusus ( TIK )

   Setelah diberikan penyuluhan peserta mampu

 

    menyebutkan kembali pengertian dari ASMA ?
    menyebutkan penyebab ASMA ?
    menyebutkan tanda yang perlu di perhatikan pada ASMA ?
    menyebabkan dengan benar penatalaksanaan ASMA ?
    menyebutkan dengan benar cara pencegahan ASMA ?



III. Materi penyuluhan

            Terlampir



IV. kegiatan ,strategi dan alokasi waktu pengajaran


Kegiatan  :
  
    mengucapkanslam dan memperkenalkan diri
    menyampaikan maksud dan tujan
    apresiasi materi penyuluhan yang akan disampaikan


Strategi Penyuluhan :
  

Kegiatan peserta :
  

Waktu :


Penyajian materi :


Penutup :
  

V. Metode

      1. ceramah

      2. tanya jawab

      3. Leaflet


VI. Media

      Materi terlampir


VII. Evaluasi

         Untuk mengetahui sajauh mana pemahaman keluarga setelah dibetikan penyuluhan selama ± 45 menit diberikan pertanyaan esensial secara lisan dan harus dijawab :

1.      Apa yang dimaksud dengan ASMA ?

2.      Sebutkan penyebab dari ASMA ?

3.      Sebutkan tanda yang perlu diperhatikan pada ASMA ?

4.      Sebutkan cara penanganan pertama pada keluarga yang terkena ASMA ?


VII.Referensi

      MTBS